Pohon waru itu masih kokoh berdiri di pojok halaman rumah ortu Lis. Dua pohon waru mengapit jalan menuju rumah yang slama ini menjadi tempat berteduh dari silaunya terik mentari dari derasnya curah hujan. Rumah itu masih sama dengan beberapa tahun yang lalu sebelum Lis tinggalkan. Rumah kecil mungil, berkonstruksi kayu ulin beratapkan Zn. Inilah rumah Lis … Inilah istana kecil Lis. Inilah rumah mewah Lis. Sedari Lis kecil Lis sellau menyebut ini rumah Mewah (MEpet saWAH). Karna begitu dekatnya dengan areal pertanian. Klo di bandingkan dengan perumahan mewah di
Sumur berdinding kayu ulin, dengan tiang di kanan kirinya dan bertalikan karet ban dengan ember kecil di ujungnya, masih tetep sama posisinya di belakang rumah di bawah rindangnya jambu biji. Sumur tua ini slalu setia menyediakan diri tuk ditimba airnya.
Semua hal di rumah itu tetap sama. Tak ada sedikitpun perubahan yang berarti. Kembali ke rumah ini, Lis seakan menemukan diri Lis di masa dulu. Masa kecil yang tak mungkin terulang kembali. Karna tak akan bisa Lis menjadi Lis yang sewaktu dulu. Kedamaian dan ketentraman terpancarkan dari rumah mewah ortu Lis. Rumah mungil yang menjadi saksi perjalan hidup Lis. Suka duka terlewati di rumah mewah itu. Senyum kedua ortu Lis, slalu buatkan hidup Lis kian berwarna.
Rumah mewah di perkampugan di pelosok kalteng meski harus menempuh ratusan kilometer jalan darat yang tak semulus jalan tol dan menyeberangi sungai. Tak ada penat bergelayut karna semua penat hilang di telan kedamaian ruma mewah dan senyum ortu.
Rumah mewah ini
Rumah mungil ini
Rumah kayu ulin bercmapur kempas
Rumah sejuta kenangan
Rumah mewah ini istana Lis selamanya
No comments:
Post a Comment