Tuesday, July 03, 2007

guru juga maNusia…

Setahun.. yach …. Genaplah sudah setahun aq tekunin kerjaan baruku sebagai seorang umar bakri. Aq “baru” dalam dunia pendidikan ini, aq masih hijau dalam bidang ini. Otak aq masih mengingat dengan baiknya segala teori di kampus biru. Tapi… teori tetaplah teori, kenyataan berbicara lain. Betapapun aq berusaha dengan sekuat tenaga membaktikan diri tuk membuat semua menjadi lebih baik. Tapi pikiranku tak sejalan dengan kenyataan yang ada.

Setahun aq mengajar, setahun aq mendidik, setahun aq mempraktekkan semua teori yang selama ini aq peroleh. Teori ilmu ‘pendidikan’ tinggallah teori. Interaksi di lingkungan kerja begitu jauh dari harap indahku. Dunia pendidikan tak lepas dari intrik dan persaingan, bagaikan dunia mafia begitu aq mengistilahkannya. Kebenaran berlaku tak mennetu, situasi dan ‘mood’ pegang kendali.

Aq memilih kerjaan ups.. pekerjaan ini dengan penuh kesadaran, karna inilah dunia yang ku impikan sejak pertama aq masuk kampus. SMA tempat aq mengajar adalah SMA yang baru berumur 2 tahun menjadi SMA Negeri. Tapi… bagiku itu tak masalah, aq bisa seiring selangkah membangun SMA ini agar menjadi SMA yang siap menghadapai tantangan dimasa mendatang.

Tim pengajar bin pengelola sekolah di SMA aq hanya ada 13 orang guru, termasuk 1 orang kepala sekolah. PNS yang ada hanya 2 orang, CPNS 7 orang dan guru honor 4 orang. Untuk tahun pelajaran 2006 / 2007 siswanya berjumlah 170 siswa, kelas XII 60 siswa (IPA 28 siswa, IPS 32 siswa) , kelas XI 39 siswa (IPA 17 siswa, IPS 22 siswa) dan kelas X 69 siswa.

Tahun ajaran 2006 / 2007 SMA aq lulus 100 % siswa kelas XII nya. Meski tanpa laboratorium, tanpa perpustakaan, tanpa computer, pokoknya tanpa fasilitas penunjuang yang lengkap. Seharusnya aq bangga, yach aq seharusnya bangga, tapi… aq ga bisa bangga.

Pendidikan di dunia nyata begitu beda dengan slogan dan teori yang sering di ucapkan oleh petinggi pendidikan. Bagai buah simalakama itulah dunia pendidikan yang aq jalani. Berbuat begini salah, berbuat begitu salah, semua mesti sesuai dengan kepentingan petinggi pendidikan.

2 semester aq curahkan tenaga dan pikiran tuk membuat anak mengerti dengan pelajaran. 2 semester aq mendidiknya agar mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pokoknya semua hal yang udah aq pelajari aq berikan ke anak didik aq. Tapi di akhir tahun semua itu sirna. Hasil kerja bukan penentu, tiada guna perjuangan jika petinggi berkata lain.

Simalakama, begitu pepatah orang

ada begitu banyak hal

ada begitu banyak aspek yang mesti dipertimbangan . Perasaan, bukan benda mati. Perasaan adalah sebuah rasa yang mempengaruhi jiwa, membuat hidup berdinamika. Ada sejuta pertimbangan untuk sampai pada titik akhir. Orang tua dengan sejuta harap menyekolahkan anaknya. Tapi terkadang anak tak menyadari betapa berarti dirinya untuk orang tuanya.

Kesempatan untuk merubah diri, kesempatan tuk melangkah menjadi lebih baik itulah yang terbaik yang bisa di berikan umar bakri agar sinar kebahagiaan dan kebanggaan di mata ortu terus bersinar. Pilihan ini sulit, tapi keputusan mesti di ambil dan di jalankan. Kata hati berkecamuk, berdebat moral, etika dan segalanya. Hidup tak sendirian, qta perlu peduli dengan lingkungan sekitar dan segala isinya.

Umar bakri adalah pekerjaan penuh dinamika, sarat problematika, menguras tenaga dan pikiran. Setahun aq menggeluti pekerjaan ini bermacam onak dan duri menghadang. Ada tekanan yang menghimpit menyesak dada. Ada tawa canda yang ceriakan hari. Aq pernah berada di satu titik asa yang yang tak kuyakini, aq menangis semalam, semalam dan semalam, aq merenung dan merenung. Aq tak kuat dengan tekanan kerja. Lingkungan kerja yang tak pasti, tak ku tau kemana angin berhembus. Setengah mati aq kompromikan diri tuk bisa ikuti ritme dan aturan kerja yang udah ada. Meski hati ini tak terima, tapi aq mesti paksakan diri dengan keadaan ini.

Guru adalah pekerjaan yang selalau dipandang hina oleh orang lain di luar linggungan guru. Mereka lupa tanpa guru ga akan mungkin mereka menjadi seperti sekarang ini. Aq bahagia tapi aq juga sedih dengan pekerjaan aq ini. Guru bukan robot, yang tanpa perasaan. Pergolakan batin selalu mewarnai perjalanan hidupku sebagai seorang penerus umar bakri. Aq berdiri di persimpangan jalan yang sulit, kemanapun melangkah resiko terburuk terus menghantui.

Satu hal yang pasti yang dapat aq maknai dari setahun masa tugas aq.

Guru juga manusia biasa, perasaan adakalanya di prioritaskan demi kemanusiaan. Hasil akhir bukan harga mati, perlu sebuah kebijaksanaan agar lentera di dalam keluarga tak padam. Satu yang selalu aq ingat “Jangan patahkan asa seseorang” karma itu sama halnya dengan membunuh satu generasi. Berikan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri.

No comments: